Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Terlalu Sering Mengorek Kuping Akibatkan Liang Telinga Tumbuh Jamur

Medianers ~ Sebuah pengalaman pribadi yang perlu saya share agar pembaca medianers bisa mengambil manfaatnya dari akibat kebiasaan buruk membersihkan liang telinga dari kotoran menggunakan cutton buds dan pengait dari besi. Manfaat bagi pembaca yang saya maksud adalah jangan pernah mengikuti cara saya yang salah dalam membersihkan kotoran dari liang telinga.

Bermula dari terlalu sering menjaga kebersihan liang telinga dengan cara mengorek kuping menggunakan cuttons buds dan pengait dari besi setiap hari, menjadi sebuah kebiasaan berakibat fatal bagi kesehatan telinga.

Persediaan cutton buds tidak pernah cukup di rumah saya, karena saking seringnya mengorek liang telinga. Berhubung terlalu banyak menggunakan, suatu ketika istri saya membelikan korek kuping dari besi, tujuan berhemat. Di ujung besi pengait kotoran ada seperti pengait mirip sendok, yang fungsinya untuk mengangkat kotoran telinga.

Sebagaimana diketahui, bahwa mengorek kuping itu enak, semakin di gilirasanya semakin asoy.Kemudian, karena sudah kebiasaan kadang-kadang meskipun tidak ada kotoran, tetap juga ada rasa "sesuatu" di liang telinga dan rasa ingin mengorek liang telinga pun muncul. Akibat keseringan liang telinga menjadi lecet. Apa bila lecet, kulit liang telinga akan berair bercampur serumen. Otomatis liang telinga menjadi lembab.

Hawa lembab pada liang telinga merupakan media empuk tumbuhnya jamur. Sebab, liang telinga memiliki potensi tempat tumbuhnya jamur, struktur liang telinga terlindung dari cahaya matahari langsung sehingga kelembaban terjaga. Terutama pada orang yang tinggal di daerah tropis, apa lagi kalau sudah ada faktor pemicu, maka jamur Species Aspergillus,Candida, dan Aspergillus Niger sangat berterima kasih karena merasa dapat tempat untuk berkembang biak di dalam liang telinga.

Apabila jamur berkembang biak di liang telinga, rasa gatalnya minta "ampun" keinginan untuk mengorek kumat lagi untuk menggaruk gatalnya. Merupakan kesalahan fatal, sebab menambah lecet pada liang telinga sehingga kemungkinan jamur tambah luas sangat berpotensi.

Selain rasa gatal, rasa sakit juga menyertai, dan rasa tidak mengenakan di telinga pun menambah keluhan. Kemudian yang lebih parah di liang telinga tumbuh gumpalan kecil berwarna putih seperti kotoran, yang mengeluarkan aroma tidak sedap.

Serangkaian pragraf diatas telah saya alami, rasanya begitu menyiksa, selain memalukan juga sangat menganggu.

Suatu ketika saya konsulkan keluhan ini pada salah seorang ahli tenggorokan, hidung dan telinga (THT). Dan, beliau meresepkan obat antibiotik, anti inflamasi dan antihistamin setelah melihat dari hasil pemeriksaan.

Tiga hari setelah mengkonsumsi obat, tidak ada kemajuan, malahan teman saya melihat. Ada apa dengan telingamu kawan? Memang bikin malu, tapi bukan "aib" ini hanya sebuah kesalahan, karena ketidak tahuan dan kebiasaan buruk berakibat fatal saat membersihkan telinga.

Tiga (3) minggu yang lalu saya memeriksakan lagi pada salah seorang dokter ahli THT, ini pertama kali saya memeriksakan pada beliau, sebut saja ia dr. Tuti Nelvia,Sp.THT beliau baru menyelesaikan pendidikan spesialis di UNAND (2015), saat ini praktek tiap hari Senin, Kamis dan Sabtu di Poliklinik RSUD dr Adnaan WD Payakumbuh.

Dan, dokter Tuti Nelvia juga berpraktik tiap sore hari, mulai Senin hingga Sabtu, di Klinik Mitra Farma yang terletak di jalan Veteran 1B, belakang mesjid Muhamadiyah, Kota Payakumbuh.

Dari hasil pemeriksaannya, saya didiagnosis otomikosis, yaitu tumbuhnya jamur di liang telinga, berdasarkan hasil insfeksi melalui otoskopalat pemeriksaan dilengkapi lampu untuk menerawang liang telinga maka ia mengambil kesimpulan bahwa saya mengalami otomikosis.

Lalu, telinga saya dibersihkan dengan kapas dan di olesi salep anti jamur. Dan boleh pulang. Beliau meresepkan obat, anti gatal-gatal di hentikan penggunaannya apabila jika tidak lagi gatal-gatal pada liang telinga. Lantas saya berkata, "Apakah tidak diresepkan antibiotik?" dr.Tuti Nelvia,Sp.THT menjawab, " Tidak perlu, telinga kamu bukan infeksi, tapi berjamur, jika diberi antibiotik maka jamurnya makin bertambah."

Dokter Tuti juga menambahkan, " penyakit ini tidak mengancam nyawa, tapi penyembuhan cukup lama. Kamu harus rajin kontrol, dan jangan sekali-kali membersihkan telinga di rumah, baik membersihkan dengan cutton buds, ataupun mengorek dengan jari, karena hanya memperburuk keadaan. Jika sudah merasakan tidak nyaman di telinga, konsul lagi ke poliklinik."

Pada konsul ke dua, saya sudah merasakan tidak nyaman di liang telinga. Dokter Tuti, membersihkan dengan cara spulling yaitu membersihkan dengan menyuntikkan air ke liang telinga, tujuannya untuk membersihkan bagian liang dalam, jika di korek akan menimbulkan resiko.

Kemudian mengeringkan liang telinga dengan kapas, prinsipnya liang telinga tidak boleh basah atau lembab. Dokter Tuti pun berpesan " kontrol lagi kesini ya jika masih ada keluhan." Serta menandaskan konsul, bahwa " jangan korek dengan cutton buds di rumah ya, bawa lagi kesini, biar tuti yang membersihkan."

Kembali pada perkara korek-mengkorek liang telinga dengan cutton buds, sebetulnya tanpa di korek pun kotoran yang ada di liang telinga akan keluar dengan sendirinya, berkat adanya gerakan mengunyah dan aktifitas otot, sehingga kotoran yang kering tersembul keluar. Di harapkan lebih bijak menggunakan cutton buds, cukup untuk membersihkan telinga bagian luar saja.

Pengait kotoran telinga terbuat dari besi, jangan pernah gunakan, sebab sangat rentan mencederai liang telinga, baik terbuat dari besi ataupun cutton buds di tujukan untuk mengorek liang telinga bagian dalam sebaiknya di hindari. Jika benar-benar menganggu maka penanganannya serahkan pada dokter ahli THT, agar kemudian hari anda tidak menyesal seperti saya.

Terakhir, pengalaman ini saya tuliskan tidak bermaksud lain-lain atau cari sensasi, hanya tujuan berbagi, dengan harapan semoga membawa manfaat bagi pembaca. (AW)