Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

2 Minggu di RSJ Dr Marzoeki Mahdi Bogor (Bagian 2)

Medianers ~ Hawa panas tidak terasa di Cilendek, Bogor. Udara sejuk juga menyambangi kami yang ada dalam ruangan. Saya berada dalam posisi melingkar, tepatnya di samping Tn.N. Kegiatan pagi menjelang siang ini adalah Therapy Aktivitas Kelompok.

Tugas yang disuruh kemaren, sudah saya kumpulkan ( Tugas : baca dipostingan 2 Minggu di RSJ Dr Marzoeki Mahdi Bogor). Pembimbing telah mengkoreksi, tidak ada yang salah dan juga tidak dibilang benar. Tetapi, pembimbing meluruskan sebagaimana mestinya. Sebab, strategi pelaksanaan yang dibuat tentang apa yang akan saya komunikasikan ke Tn.N nanti, dituliskan dulu dalam bentuk tulisan yang telah terformat. Dengan ada tulisan tersebut, pembimbing mengetahui hal apa yang akan saya lakukan.

Therapy Aktivitas Kelompok dengan duduk melingkar, antara petugas (Perawat), pasien dan mahasiswa baru pertama kali saya lihat. Sebelumnya, saya juga belum pernah baca buku tentang itu.

Duduk melingkar tersebut bertujuan untuk memotivasi pasien berinteraksi dan bersosialisasi dengan lingkungan. Terkait dengan Tn.N yang menarik diri, ternyata patuh saja mengikuti ajakan Perawat Senior disana, sedangkan ajakan saya tidak direspon. Namun, saya tetap mengambil posisi duduk didekatnya, sesuai instruksi pembimbing.

Kegiatan itu pun dibuka oleh Leader, pemimpin diskusi. Sebelumnya seluruh pasien yang ada dalam lingkaran, telah diajak pagi-pagi berkeliling Rumah Sakit. Mereka diminta untuk mengamati lingkungan dan apa saja yang dirasakan ketika melihat situasi yang ada diluar. Kemudian, pasien diminta mengambar apa yang dilihat dan dirasakan diatas kertas. Sementara itu, kertas dan pensil dibagikan buat masing-masing pasien.

Saya mengamati, ada yang membuat bunga, ada yang menggambar wajah cewek, ada pula yang hanya mondar-mandir sambil berjalan. Leader bilang untuk pasien yang satu itu tidak apa-apa tidak ikut, sebenarnya beliau Retardasi Mental, atas permintaan keluarga, dia tetap dirawat disini.

Masing-masing pasien telah selesai menggambar dan leader pun mempersilahkan. Siapa yang berani tunjuk tangan untuk menceritakan apa yang dialami ketika jalan-jalan pagi tadi?

Berjarak 3 orang dari sisi kanan saya, tunjuk tangan. Dia masih lajang, dari awal kelihatan aktif. Beliau menjawab. Saya tadi melihat Bill Clinton berdiri dan mengajak saya ke Amerika untuk menjadi wakilnya, tapi saya tolak. Lalu, pasien tersebut menunjukan kertas lukisan semrawaut wajah orang.

Mendengar pernyataan tersebut, rasanya ingin ketawa lepas. Tapi, teringat kata pembimbing. Mereka datang kesini bukan untuk ditertawakan.Tapi untuk diarahkan. Saya cepat memalinkan wajah , serta menunduk dan diam.

Atas pernyataan pasien tersebut, Leader menanggapi. Bahwa, yang ia lihat itu bukan Bill Clinton. Mungkin saja orang yang mirip, sebab Bill Clinton presiden Amerika, Jikapun ia kesini pasti dikawal ketat dan Leader memberi pujian terhadap pasien tersebut. Karena,  berani menyampaikan pendapat.

Begitu selanjutnya, seluruh pasien diberi kesempatan untuk menyampaikan temuanya pada pagi itu dan pasien lain boleh pula memberikan tanggapan. Jika ada yang tidak tepat, leader kembali meluruskan. Sedangkan kami mahasiswa, diminta untuk memotivasi masing-masing pasien binaan, agar mau berinteraksi.

Saya sungguh kagum dengan Aktivitas pagi ini. Betul kata Buk Syahziar dan Buk Lili, bahwa disini tidak ada orang gila, yang ada hanya gangguan jiwa. Saya pun semakin tertarik untuk menjalani Praktek Klinik Keperawatan Jiwa.

Sayangnya, saya tidak bisa mengabadikan lewat foto, karena pembimbing telah memberi peringatan. Apapun yang ada dalam ruangan tidak boleh diambil, berupa foto. Kecuali ilmu, silahkan dibawa pulang sebagai kenang-kenangan.

Seminggu telah saya lalui di Ruangan Sadewa. Pagi ini, saya kaget. Pas sampai diruangan. Tn.N mengucapkan, Selamat Pagi Bruder Anton!..Kaget bukan karena dipanggil Bruder. Tetapi, sesuai kata pembimbing, jika seorang pasien menarik diri mampu memberikan respon pada seseorang. Apalagi, mau mengucapkan salam, hal tersebut adalah kemajuan besar untuk proses penyembuhanya.

Lantas, saya membalas. Selamat Pagi Tn.N. Bagaimana perasaan anda pagi ini? Tn.N hanya diam dan tertunduk. Dan,saya berusaha menarik perhatianya dengan duduk didekat beliau. Karena hanya diam, saya berusaha mengajak dia untuk duduk diberanda samping ruangan sambil menikmati udara Bogor nan sejuk.

Oh ya. Pertama  kali dipanggil Bruder saya juga heran. Kok perawat laki-laki di RSJ Dr Marzoeki Mahdi dipanggil Bruder? kata senior Angkatan I dan II Akper Pemda Padang Pariaman, kata Bruder itu peninggalan zaman Belanda. Dari Wikipedia saya kutip, asal kata Bruder betul dari Belanda dengan tulisan Broeder yang berarti saudara lelaki. Sebenarnya kata Bruder lebih tepat untuk panggilan Rohaniawan Katolik.

Dalam hati saya berkata. Insyaallah, dalam waktu 2 minggu di ruangan Sadewa, saya akan dapat menjalin Trust dengan Tn.N. Dasar pemikiran, Tn.N telah mau mengucapkan salam dan juga mau diajak jalan-jalan sekitar ruangan. (AW).